Apa Hubungan ChatGPT dan Ayat Tabayyun? Simak Kajian Spesial Bareng Lora Ismail di Rijalul Ansor Kudus!
KUDUS, ansorkudus.or.id - Di tengah derasnya arus informasi digital dan gempuran rutinitas yang sering mengikis makna, PC GP Ansor Kudus menghadirkan sebuah malam penuh perenungan: Kajian Spesial Bedah Buku “Hidup Seutuhnya” bersama Lora M. Ismail Al-Ascholy, cucu keenam dari ulama besar KH. Kholil Bangkalan, Madura, Senin malam (26/5) di Joglo Maqha, Ngembalrejo, Kudus.
Acara yang digagas oleh Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor Kudus ini bertujuan memperkaya spiritualitas, memperkuat tradisi keilmuan, sekaligus membangun budaya literasi di kalangan kader muda Nahdlatul Ulama (NU). Puluhan peserta dari berbagai daerah memadati Joglo Maqha—tempat ikonik di mana ngopi tetap ngaji.
Arif Musta’in, Ketua PC GP Ansor Kudus, dalam sambutannya berharap kehadiran Lora Ismail membawa keberkahan dan menjadi momentum menghidupkan kembali tradisi intelektual pesantren di lingkungan kader muda NU.
"Kami ingin kader-kader muda NU memiliki kedekatan dengan buku-buku dan pemikiran ulama terdahulu, agar mereka tidak hanya bergerak dalam bidang sosial tetapi juga kuat secara spiritual dan intelektual,” ujarnya.
![]() |
BEDAH BUKU : Narasumber utama memaparkan materi di Joglo Maqha, Ngembalrejo, Bae Kudus, Senin malam (26/5). (Dok. ansorkudus.or.id) |
Dalam pemaparannya, Lora Ismail menjelaskan bahwa buku Hidup Seutuhnya merupakan hasil saduran dari kitab klasik Al-Qowaid Al-Lasimiyah karya Syekh Masduqi Al-Lasyimy. Kitab ini bukan hasil tulisan langsung, melainkan rekaman ilmu lisan yang ditangkap dan ditulis oleh para santri dalam bentuk nadzom. Dua manuskrip utama yang menjadi rujukan buku ini membahas aspek ketuhanan, kemanusiaan, serta kaidah hidup dari perspektif Ahlussunnah wal Jama’ah.
Menurut Lora Ismail, mencintai dunia bukanlah kesalahan jika dilandasi niat yang benar.
“Dunia itu amanah. Bukan musuh. Yang penting adalah bagaimana kita menata niat dan menjadikan apa yang Allah beri untuk maslahat,” ujarnya penuh makna.
Namun yang membuat malam itu makin menarik adalah munculnya keterangan yang tak terduga dari Lora Ismail: ChatGPT disebut dalam forum! Ia secara jenaka namun tajam menyambungkan ayat QS. Al-Hujurat: 6 dengan realitas digital masa kini.
“Jika datang kepada kalian seorang fasik—(baca: ChatGPT)—membawa berita besar, maka bertabayunlah, karena jika ditanya semua hal dan semua bisa dijawab itu tanda-tanda orang munafiq,” katanya, disambut tawa hadirin.
Guyonan ini bukan tanpa dasar. Justru menjadi pengingat akan pentingnya tabayyun (klarifikasi) dalam era banjir informasi dan teknologi kecerdasan buatan. Bahkan disebut bahwa menurut Mbah Maimun, segala hal modern sekalipun memiliki padanannya dalam Al-Qur’an—tinggal bagaimana kita memaknainya dengan bijak.
![]() |
CINDERAMATA : ketua Ansor Kudus Arif Musta'in menyerahkan kenang-kenangan kepada Lora Ismail seusai acara (Dok. ansorkudus.or.id) |
Didukung oleh Komunitas Ngaji Literasi, Djarum Foundation, Gramedia, Promag, dan Extra Joss, serta disiarkan langsung melalui kanal @Aswajacenterkudus, acara ini menyatukan semangat intelektual, tradisi pesantren, dan kebaruan digital dalam satu harmoni.
Joglo Maqha malam itu tidak hanya menjadi tempat kajian, tapi ruang pembentukan kesadaran baru: bahwa menjadi manusia seutuhnya berarti hidup dengan ilmu, iman, niat lurus, dan keterbukaan terhadap zaman—termasuk saat ChatGPT pun diajak ngaji. (-)
Kontributor : Choirul Hidayat
Editor : Gunawan TB
Posting Komentar