Damaran Bumi Wali, Generasi Muda NU Damaran Harus Perjuangkan dan Pertahankan Kesucian Kampungnya


KUDUS, ansorkudus.or.id - Di Damaran ada dua nama Asnawi yang sama-sama menyandang raden, yaitu R. Asnawi Damaran dan R. Asnawi Bendan. R. Asnawi Damaran dikenal juga dengan R. Asnawi Imam, karena beliau imam masjid Menara Kudus (al-Aqsha), ada juga yang menyebut R. Asnawi al-Khatib, karena beliau menjadi khatib di masjid yang sama. Laqab "al-Imam" dan "al-Khatib" kurang populer di masyarakat koedoes koelon dibanding laqab "sepoh", sebagaimana penyebutan sekarang ini oleh keluarga maupun di masyarakat. 

R. Asnawi Bendan adalah cucu cicit R. Asnawi Sepoh. Sebutan sepoh yang melekat di belakang namanya untuk membedakan dengan cucunya, bahwa beliau yang lebih tua.

Ketika penulis diajak Kang Najib Hassan sowan kepada KH. M.A. Sahal Mahfudz, tahun 2002, penulis ditanya cucu Asnawi Sepoh apa Asnawi Den? Pertanyaan ini dijawab Kang Najib, Asnawi Den. Ternyata yang dimaksud Kiai Sahal dengan Asnawi Den adalah R. Asnawi Bendan. Sejak itu penulis jadi tahu ada dua nama Asnawi, di koedoes koelon. 

Tambahan "Bendan" pada R. Asnawi yang disematkan di belakang namanya mulai populer sejak beliau mendirikan Pondok Bendan, Kerjasan, tahun 1927, sehingga menjadi R. Asnawi Bendan.

R. Asnawi Sepoh Damaran diduga kuat wafat antara tahun 1871-1876. Menurut KH. Khoiro Zjad, R. Asnawi Sepoh pernah "nyabdo" cucu cicitnya itu, "nek pinter dadio wong sing 'alim, lamun weluk dadio wong sing jadug", (jika pandai jadilah orang yang alim, namun jika jagoan jadilah orang yang sakti). Ternyata sabdo Sang Kakek yang pertama lah yang terwujud.

Dari kisah ini dapat diambil ibrah, bahwa ucapan bisa menjadi do'a, jika Allah Ta'ala ridha, maka do'a tersebut dikabulkan. Oleh karena itu, berucaplah dengan ucapan yang baik, siapa tahu dapat menjadi do'a yang terkabul.

Damaran adalah bumi wali. Asal-usul Damaran dari kata Padamaran, yaitu Panembahan Palembang bin Sunan Kudus. Kampung yang berlokasi di sebelah barat situs Menara ini diduga kuat menjadi pusat kediaman Panembahan Palembang beserta keturunannya. Pangeran Padamaran mempunyai keturunan dengan nama yang sama, Padamaran. Untuk membedakannya diberi angka urut sehingga menjadi Padamaran I, Padamaran II, dst.

Keturunan Padamaran II yang bernama RA. Nganten Salamah diperistri oleh R. Asnawi Sepoh yang berasal dari Kajen, Pati.

Pernikahan R. Asnawi Sepoh dan RA. Nganten Salamah menghasilkan 6 anak, R.Ngt. Dewi Aminah, R.Ngt. Ayu Shafiyah, R. Ahmad Sholeh, R. Syamsuri, R. Nasuha, dan R. Muhammad Shofiyan. Dari anak-anak mereka ini lahir ulama besar pada masanya, seperti KH. R. Asnawi Bendan, KH. R. Ahmad Kamal Damaran، KH. Turaichan Adjhuri, KH. Fauzan Damaran, KH. Said Aqil Siraj, dan masih banyak lagi, termasuk Gus Baha'. KH. R. Ahmad Sholeh bin Asnawi Sepoh adalah guru dari KH. Sholeh Darat as-Samarani.

Diantara banyak keturunan R. Asnawi Sepoh, ada cucu dan cicitnya yang turut hadir dalam acara Muktamar NU yang pertama, yaitu pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. 

Mereka adalah KH. R. Asnawi Bendan (cicit) dan KH. R. Ahmad Hambali (Ahmad Kamal) Damaran (cucu). Mereka termasuk pendiri NU dan pengurus PBNU yang pertama duduk sebagai Advisor Syuriyah (penasihat Syuriyah). 

Namun, peran KH. R. Ahmad Hambali (Ahmad Kamal) Damaran sebagai pendiri dan penggerak NU seperti tenggelam. Berbeda dengan KH. R. Asnawi Bendan. Penulis belum tahu, apa penyebabnya. Padahal kisah ini ditulis di buku Ikhtisar Sejarah NU 1344 H/1926 M, yang diterbitksn LTN PBNU.

Dengan banyaknya ulama besar dari Damaran, maka tidak berlebihan jika penulis menyebut Damaran Bumi Wali.

Di kawasan kecil Menara, juga lahir ulama besar, yaitu KH. M. Arwani Amin Sa'id. Beliau lahir di Kampung Kenepan, utara Menara. Beliau adalah putra Kiai Amin Sa'id bin KH. Imam Haromain, Langgardalem Kudus. K. Amin Sa'id adalah adik kandung KH. Moelim, anggota mustasyar NU cabang Kudus yang pertama, tahun 1928.

Generasi Muda NU (Ansor, Banser, Fatayat, IPNU IPPNU) Damaran harus bisa memperjuangkan dan mempertahankan kesucian kampungnya. Dengan situasi dan kondisi saat ini, melakukan hal itu memang terasa berat. Tapi jika ada niat yang disertai usaha dengan sungguh-sungguh insyaallah hal itu akan terasa ringan.

Keberadaan TPQ Taysirul Murattilin, TPQ pertama kali di Kudus, bisa menjadi penyemangat menggugah kembali, bahwa di Damaran pernah ada pondok al-Qur'an yang didirikan oleh KH. R. Ahmad Kamal Damaran.(-) 

Penulis : Moh. Aslim Akmal

Editor : Gunawan TB